Kesalahan Persepsi pada Iklan Axis (Ganteng Dikit Cekrek)
klan Axis versi ganteng dikit cekrek ini diperankan oleh siswa SMA dengan latar belakang
masyarakat kalangan menengah kebawah lainnya seperti anak perempuan, tukang ojek,
pedagang kaki lima dan laki-laki bertubuh kekar. Iklan ini berdurasi 30 detik. Tarif menelpon,
SMS dan internet saat ini memang semakin meningkat, oleh karena itu Axis meluncurkan
program gaya hidup irit yaitu “Iritology” dimana masyarakat pengguna telepon tetap dapat
menggunakan fasilitas layanan telpon, SMS dan internet tanpa harus khawatir mengenai biaya
yang harus dikeluarkan. Salah satu paket promo Iritology Axis yaitu paket BRONET 1 GB
hanya dengan Rp. 14.900,- kita bisa upload 5000 kali foto, 300 kali download lagu dan 1000.000
kali chat.
keseluruhan iklan Axis versi ganteng dikit cekrek disini menggambarkan sekelompok
masyarakat dari kalangan menengah kebawah yang sangat mencintai dirinya sendiri dengan
segala keterbatasan yang mereka miliki yang diapresiasikan melalui mengambil foto sendiri atau
bisa disebut selfie dan juga mengambil foto bersama atau bisa disebut wefie, dan kemudian
menguploadnya ke media sosial Line sebagai bentuk kepuasan diri yang telah dicapai dan untuk
mendapat pengakuan dari sesama pengguna media sosial Line atas eksistensinya.
Dan dalam iklan ini menampakkan gaya hidup masyarakat kalangan menengah kebawah,
tetapi bukan berarti produsen Axis hanya memfasilitasi masyarakat kalangan menengah kebawah
saja yang bisa menggunakan produk ini, melainkan masyarakat kalangan menengah atas juga
bisa menggunakan produk ini dan apresiasi tersebut tampak pada harga yang diberikan. Hanya
dengan Rp. 14.900,- dan kuota 1 GB masyarakat dapat eksis di media sosial dengan mengupload
foto-foto narsisnya sebanyak mungkin, chat sesering mungkin setiap harinya, dan juga
mendownload lagu sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu 30 hari.
narsis dalam iklan Axis Versi Ganteng Dikit direpresentasikan melalui
pelajar SMA yang mengambil foto sendiri atau dalam istilah modern adalah selfie berulang kali
untuk meraih tingkat kepuasan diri dalam aktualisasi lingkungannya. Sehingga seorang yang
narsis meluangkan banyak waktu diantara kesibukannya untuk selfie lalu mengaploadnya ke
akun media sosialnya yang secara tidak langsung meminta pengakuan publik atas eksistensinya.
Comments
Post a Comment